DIDAKTIK DAN
METODIK
M A K A L A H
Oleh
:
1. Rif’atuz Zuhro
2. Mimih Dati W. N
3. Khalifatun Nisak
Dosen
Pembimbing:
Dra. Hj. Chumaidah M.Pd.I
Fakultas
Tarbiyah
STIT
– UW JOMBANG
2012/
2013
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Alloh S.W.T. yang telah
memberi Rahmat dan Hidayah serta TaufiqNya kepada kami sehingga kami dapat
melakukan tugas membuat makalah ini serta menyusun menurut kamampuan kami,
meskipun kami mengalami hambatan, tetapi tidak menjadikan kami suatu kendala
dalam membuat makalah ini.
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami merasa sangat berhutang
budi atas bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dan kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1)
Ibu Dra. Hj. Chmaidah M.Pd.I selaku Dosen pembimbing
kami
2)
Sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi
informai yang kami butuhkan
Atas bantuan dan kemurahan hati ibu dosen maupun sahabat-sahabat kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan
dan bantuan baik berupa material maupun spiritual.
Semoga Alloh SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamien…
Akhir dari
harapan kami semoga makalah ini senantiasa bermanfaat bagi kita semua, dan kami
mohon maaf apabila di dalam makalah ini ada kekurangan atau kesalahan meskipun
kami usahakan semaksimal mungkin
Alhamdulillahi
Robbil ‘Alamiin…
Hormat kami
( Kelompok 1 )
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar memerlukan suatu ilmu, oleh
karena itu bagi seorang pendidik atau guru yang akan mendidik dan mengajar
didepan kelas diperlukan ilmu tersebut yang dinamakan didaktik.
BAB II
ISI
A.
Pengertian Didaktik Dan Metodik
Didaktik berasal dari kata yunani “didoskein” yang
berarti pengajaran atau pembelajaran yaitu aktifitas yang menyebabkan timbulnya
kegiatan dan kecakapan baru pada orang lain. Di Indonesia didaktik berarti ilmu
mengajar, maka pengertian didaktik mengandung pengertian yang sangat luas,
pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar
mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern adalah aktivitas guru
dalam organisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga
terjadi proses belajar (
nasution:1935:5)
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru yang
memegang peranan utama, sedangkan siswa hanya menerima atau bersifat pasif.
Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat Teacher Centered. Ilmu
pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya di ambil dari
buku-buku pelajaran tetapi tidak dikaitkan dengan realita kehidupan siswa,
pelajaran ini disebut intelektualitas.
Sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar
adalah usaha penyampaian kepada anak didik. Tentu saja yang diinginkan adalah
agar anak mengenal kebudayaan bangsa, suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu
tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi juga ikut memperkaya
kebudayaan tersebut dengan menciptakan
kebudayaan baru menurut zaman yang mengalami perubahan.
Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa, mengajar adalah
menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah
kondisi eksternal anak didik, termasuk didalam kondisi eksternal itu adalah
komunikasi guru terhadap anak didik. Dengan demikian sesungguhnya kunci proses
belajar mengajar
itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik
dapat berinteraktif. Berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal
balik personal anak dengan lingkungan.
Secara garis besar didaktik adalah ilmu mengajar yang
didasarkan atas prinsip-prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga
bahan pelajaran dapat dimiliki oleh siswa dan dalam hal ini ada interaksi
antara guru dengan siswa dalam meyajikan materi pelajaran.
Dari pengertian-pengertian itulah dapat disimpulkan
bahwa didaktik memiliki hubungan yang erat dengan sebagai berikut :
1)
Guru adalah sebagai sumbernya
2)
Murid adalah sebagai penerimanya
3)
Tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran
tersebut
4)
Dasar landasan dari pembelajaran
5) Sarana atau alat berupa meja, kursi, dll
6) Bahan atau materi apa yang akan
disampaikan kepada anak didik
7) Metode apa untuk menyampaikan materi
8) Evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa
Diantara
hal-hal tersebut sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi fokus pembahasan dalam
didaktik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh D.H Quenjoe dan A.
Ghazali bahwa yang menjadi peranan utama pembahasan didaktik adalah :
a) Tujuan pengajaran
b) Bahan atau materi pengajaran
c) Metode pengajar atau teknik yang dipakai
untuk menyampaikan materi
Secara garis besar didaktik
dibagi menjadi 2, yakni :
1. Didaktik umum
2. Didaktik khusus
Didaktik
umum memberikan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan berkenaan dengan penyajian
bahan pelajar. Diantara prinsip-prinsip pengajaran tersebut : Minat, perhatian,
motivasi, appersepsi, lingkungan, individualitas, aktivitas, peragaan, korelasi
dan konsentrasi. Prinsip-prinsip pengajaran berlaku atau seyogianya dapat
diterapkan dalam semua bidang study yang diajarkan.
Didaktik khusus membicarakan
tentang cara mengajarkan sesuatu mata pelajaran tertentu dimana prinsip-prinsip
umum pengajaran juga diterapkan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan.
Penerapan didaktik khusus sangat diperlukan dalam pengajaran, karena setiap
bidang study yang diajarkan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan
lainnya, dan guru harus dapat memilih metode apa yang sesuai digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar bidang study tertentu,hal ini tergantung pada
ciri-ciri khas bidang study yang diajarkan disamping memperhatikan
faktor-faktor lainnya.
Didaktik khusus juga disebut
dengan metodik atau disebut juga metodologi pengajaran.metodik berasal dari
bahasa yunani yaitu metodos yang berarti mengajar,menyelidiki,cara melakukan
suatu prosedur.
Metodik dibagi menjadi 2:
1. Metodik umum
2. Metodik khusus(S.nasution,1982:5)
Metodik umum
membicarakan tentang cara-cara mengajarkan suatu jenis pelajaran secara garis
besarnya saja.dalam metodik umum tersebut juga dibicarakan beberapa
aspek,antara lain:
1. Rencana pelajaran
2. Jalannya pelajaran
3. Sikap dan gaya mengajar(style)
4. Bentuk pengajaran dan
metode-metode mengajar
5. Alat dan media yang dipakai,dsb.
Metodik
khusus membicarakan tentang pengetahuan yang membahas cara-cara mengajarkan
suatu jenis materi pelajaran tertentu secara mendetail artinya diuraikan sampai
kepada bagian-bagian yang terkecil.
B. Ruang lingkup metodologi pembelajaran
agama islam(MPAI)
Istilah
metodologi pengajaran sebenarnya sama dengan meto-dik,yakni suatu ilmu yang
membicarakan bagaimana cara atau teknik penyajian bahan pelajaran terhadap
siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah diterapkan secara efektif dan
efisien.Bila mana dikaitkan dengan pengajaran agama islam yang harus
disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah,maka batasannya terletak pada
metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam pemyampaian materi
agama tersebut,dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah seharusnya
diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan mengajarnya, hal tersebut tentunya
berkaitan erat dengan metode khusus dan metode umum. Disamping memperhatikan
prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran agama secara umum, juga
faktor-faktor seperti : Tingkatan sekolah, karakteristik siswa, latar belakang
sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan.
Pendidikan
agama islam bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah
keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlaq yang terpuji untuk menjadi
manusia yang bertaqwa kepada Alloh SWT. Pengertian pendidikan dalam bahasa arab
berarti Ta’dib yang tekanannya tidak hanya pada unsur-unsur ilmu
pengetahuan (’Alim) dan pengajaran (Ta’lim) belaka, tetapi lebih menitik
beratnya pada pendidikan diri manusia seutuhnya (Tarbiyatun Nafs wal Akhlaq).
Istilah ta’dib telah dipergunakan sejak zaman Rasululloh sampai zaman kejayaan
islam hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada
kurun itu disebut adab, baik yang lasngsung berhubungan dengan ajaran islam
seperti :
1) Pembelajaran keimanan
2) Pembelajaran akhlaq
3) Pembelajaran ibadah
4) Pembelajaran fiqih
5) Pembelajaran tafsir
6) Pembelajaran hadits
7) Pembelajaran tarikh islam
Jadi,
metodologi pengajaran agama islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara
menyajikan bahan pelajaran agama islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan
yang telah diterapkan secara efektif dan efesien. Strategi atau pendekatan yang
dipakai untuk menyeru orang lain agar ta’at dan patuh terhadap perintah Alloh
yakni hikmah dan nasihat (mauidhoh) sedangkan teknik yang dipakai adalah salah
satunya melakukan diskusi secara tertib dan baik.
C. Peranan metodologi pembelajaran agam islam
Tujuan
peranan metodologi pembelajaran agama islam sebagai berikut :
a. Agar mahasiswa dapat membekali diri dengan
penguasaan ilmu tersebut dan dapat mengajarkan materi PAI yang menguasai
tentang teknik-teknik penyampaian agama secara baik kepada anak didik sesuai
dengan kemampuan anak didik.
b. Memberikan latihan, bimbingan serta
latihan dalam bentuk kepribadian.
Metode pembelajaran agama
sangat bermanfaat karena :
1) Membahas tentang berbagai prinsip,
teknik-teknik dan pendekatan pengajaran yang digunakan. Dengan mempelajarinya
seorang guru dapat memilih metode manakah yang layak digunakan,
mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya serta kesesuaian metode tersebut
dengan karakteristik siswa dan ciri-ciri khas materi yang akan disajikan,
sehingga kegiatan belajra mengajar dapat berlangsung secara optimal untuk
mencapai tujuan.
2) Terlalu luasnya materi agama dan
sedikitnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan bahan, sudah barang tentu
memerukan pemikiran yang mendalam bagaimana usaha guru agama agar tujuan
pengajaran dan pendidikan agama dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Disinilah
fungsi metodologi pengajaran dapat memberi makna yang besar sekali terhadap
guru yang telah mempelajarinya secara baik, terutama yang berkenaan dengan
desain dan rancangan pengajaran.
3) Sifat pengajaran agama lebih banyak
menekankan pada segi tujuan afektif (sikap) dibanding tujuan kognitif,
menjadikan peranan guru agama lebih bersifat mendidik daripada mengajar.
Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap
mahasiswa sebagai calon guru atau pendidik yang diharapkan.
v Guru atau pendidik yang baik :
1) Memahami dan menghormati murid.
2) Menyesuaikan metode dengan materi
pembelajaran
3) Menyesuaikan materi pembelajaran
dengan karakteristik individu
4) Mengaktifkan anak dalam belajar
5) Membentuk karakter anak
6) Hubungan didaktik dan metodik
dalam MPAI
D. Hubungan metodologi pembelajaran
(metodik) dengan didaktik.
Secara
garis besar dikatakan bahwa didaktik membicarakan prinsip-prinsip umum ynag
berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran, sedangkan metodologi pengajaran (metodik) membicarakan tentang
cara-cara mengerjakan bidang study tertentu dimana prinsip-prinsip umum
tersebut berlaku didalamnya.
Jadi, didaktik
bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar mengajar
pada umumnya, sedangkan metodologi pembelajaran (metodik) bergerak dalam
strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut.
Sehingga
dikatakan antara didaktik dan metodik terdapat hubungan erat, terutama dalam
kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Jika
diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan
pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan metodik bergerak
didalam penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh, jadi garis sentuh yang
akan menggantikan antara didaktik dan metodik terletak pada titik persiapan
pelajaran.
Menurut
sejarahnya, johann amos comenius ( 1592 – 1670 ) adalah tokoh pertama yang
memformulasikan ide didaktik itu, ia terkenal dengan bukunya yang bernama ”
dialfica magna ” yang dalam penerbitanya yang pertama ( 1632 ) yang di tulis
dalam bahasa ceko.
Dalam
pasal 2 bab 17 dalam buku ” didagfica magna ” itu di sebutkannya bahwa
pengajaran akan menjadi mudah, jika di ikuti langkah-langkah =
1.jika di mulai dari yang umum
kepada yang kusus
2.jika di mulai dari yang mudah
kepada yang sukar
3.jika pelajaran berangsur-angsur
maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal
4. jika kecerdasan tidak di paksa
untuk suatu yang belum mengarah kepada kecenderungan jika dan harus sesuai
dengan umur dan metode yang benar.
5.jika sesuatu yang di ajarkan
dengan media pengertian.
6.jika penggunaan segala sesuatu
pengajaran berkeseimbangan.
7.jika segala sesuatu di ajarkan dengan satu
& metode yang sama.
Pengajaran yang diharapkan
akan berjalan baik di mulai dari pemulihan metode mengajar dan kemudian atas
dasar metode yang di pilih itu di persiapkan hidangan bahan pelajaran. Kegiatan
seperti itulah yang di sebut metodik khusus.
E. Azas-azas pembelajaran
Sebagaimana
dikemukakan pada pembahasan derdahulu bahwa azas-azas pengajaran merupakan
prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam kegiatan
belajar-mengajar. Dengan demikian diharapkan pengajaran yang diberikan dapat
membawa hasil yang memuaskan, dan dapat dipertanggung jawabkan secara
didaktik-paedagogis. Azas-azas pengajaran tersebut, ialah :
1. Peragaan
Peragaan
ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan
secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan
dipahami oleh para siswa. Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang
bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat.
Penerapan
azas-azas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa aspek,
yaitu :
a. Penggunaan bermacam-macam alat
peraga;
b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan,
percobaan-percobaan;
c. Membuat poster-poster, ruang
eksposisi, herbarium dan sebagainya;
d. Menyelenggarakan karyawisata (
IKIP Sby, 1984:28 ).
Dasar
psikologis azas peragaan tersebut yakni; sesuatu hal yang akan lebih berkesan
dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu
sendiri. Ada dua peragaan :
1) Peragaan langsung; dengan
menunjukkan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa di
amati oleh siswa;
2) Peragaan tidak langsung; dengan
menunjukkan benda tiruan atau suatu model.
Sebagai contoh:
gambar-gambar,boneka, foto,film,dan sebagainya.
2.
Minat dan Perhatian
Minat dan perhatian merupakan suatu gajala
jiwa yang selalu bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar,
akan timbul perhatiannya
terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang
kadang kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Sebaliknya tidak semua
siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh
seorang guru. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk dapat
membangkitkan perhatian anak didik.
Untuk membangkitkan perhatian
yang disengaja, guru harus :
a. Dapat menjukkan pentingnya bahan pelajaran
yang disajikan bagi siswa;
b. Berusaha menghubungkan antara apa yang
telah diketahui oleh siswa dengan materi yang akan disajikan;
c. Merangsang siswa agar melakukan
kompetisi belajar yang sehat;
d. Berusaha menghindarkan hukuman,
dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana.
Perhatian spontan dapat
dibangkitkan dengan cara :
a. Mengajar dengan persiapan yang baik;
b. Menggunakan alat peraga sebagai media;
c. Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang
dianggap tidak perlu;
d. Mengadakan selingan yang sehat;
3. Motivasi
Dorongan yang timbul dalam diri
seseorang disebut motivasi, dimana seseorang memperoleh daya jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinakan
motivasi intrinsik.sedang dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya
pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.
Seorang guru dapat memberikan
bermacam-macam motivasi sebagai berikut :
a. Memberi Angka; banyak anak belajar semata-mata
untuk mencapai atau mendapatkan angka yang baik, dengan berusaha belajar
segiat-giatnya. Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan
belajar.
b. Hadia; hal ini dapat membangkitkan
motivasi yang kuat bagi setiap orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau
belajar sekalipun. Hadiah bagi pelajar dapat merusak jiwa mereka bila mana
hadiah yang diinginkan tersebut dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari
tujuan yang sebenarnya.
c. Persaingan; faktor persaingan ini sering
digunakan sebagai alat untuk mencpai prestasi yang lebih tinggi di lapangan
industri dan perdagangan dan juga di sekolah.persaingan dapat mempertinggi
hasil belajar anak bila mana dilakukan secara posotif.
d. Tugas; tugas yang menantang (challeging);
memberi kesempatan terhadap anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan
berarti mereka harus diberi tugas-tugas yang lebih sulit yang diberikan kepada
mereka merupakan tantangan dan merangsang mereka untuk belajar secara serius
dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
e. Pujian; pujian diberikan sebagai akibat
pekerjaan atau pelajar anak dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Pujian merupakan motivasi yang baik bila diberikan secara benar dan beralasan.
f. Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara
psikolohgis dapat merusak jiwa anak antara lain; anak menjadi prustasi dalam
belajarnya, dan timbul rasa dendam terhadap guru.
g. Hukum; Sama halnya dengan celaan, juga dapat
menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah
mereka lupakan.
4. Apersepsi
Ahli psikologi mendifisikan
apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada saat
tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada muridnya terlebih
dahulu mengetahui pelajaran dimulai akan terjadi keterkaitan anara bahan
pelajar yang lama dengan yang baru. Oleh karena itu pengajaran harus maju
secara bertahap agar penguasaan bahan yang lewat dapat dijadikan sebagai
persiapan siswa dalam menghadapi pelajaran yang baru.
a. Sebelum pelajaran yang baru di mulai; guru
mencari titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
b. Dalam menjelaskan pelajaran, dapat
digunakan teknik induktif, yakni dari contoh-contoh menuju hukum-hukum, dari
hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang bersifat umum, dan dari hal-hal yang
konkrit kepada hal-hal yang bersifat abstrak (IKIP Sby,1984:27).
5. Korelasi
dan Konsentrasi
Yang dimaksut dengan korelasi disini
adalah hubungan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran yang lain yang
berfungsi dapat menambah kematangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan
azas korelasi maka pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat
menimbulkan konsentrasi siswa sehingga membangkitkan minat perhatian mereka dalam
belajar. Seorang guru hendaknya juga dapat menghubungkan pelajaran yang
diberikan dengan realita sehari-hari atau dapat menggunakan metode unit agar
anak betul-betul mengikuti dengan seksama terhadap pelajaran yang diberikan.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni:
Tahap inisiasi; guru berusaha merangsang siswa melalui alat
peraga yang dipakai untuk menarik
perhatian siswa terhadap hal-hal yang dijelaskan.
Tahap pengembangan; pada tahap ini kelompok-kelompok siswa
tersebut diterjunkan kelapangan / masyarakat untuk mencari sumber atau data
untuk dijadikan materi diskusi dalam kelompok.
Tahap kulminasi; sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok
dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau
diskusi panel. Dan diharapkan para peserta diskusi dapat memberikan
tanggapannya.
6. Kooperasi
Yang
dimaksut kooperasi disini adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok). Azas
kooperasi ini sangat di utamakan dalam proses belajar-mengajar, seperti:
belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok, karyawisata, dan
sebagainya. Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara
siswa yang satu dengan lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.
Belajar kelompok (kooperatif) dapat
memberikan keuntungan-keuntungan terhadap siswa, antara lain:
a. Hasil belajar lebih sempurna bila
dibandingkan, dengan belajar secara individu.
b. Pendapatan yang dituangkan secara bersama
lebih meyakinkan dan lebih kuat dibanding pendapatan perorangan.
c. Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa
dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki (sence of
belonging), dan menghilangkan egoisme.
Ada
beberapa jenis kerja yang menyediakan berbagai situasi dimana anak-anak dapat
berpartisipasi dan bekerja sama. William burton membagi kelompok kerja tersebut
antara lain :
a. Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu
problem/proyek dengan urutan kerja, menganalisis masalah, pembagian tugas,
melakukan kegiatan kelompok, penyelidikan, dan kesimpulan.
b. Diskusi kelompok, diskusi disini tidak
sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan pemecahan masalah dan dapat
menimbulkan berbagai pendapat (Burton dalam S.Nasution, 1982:53)
7. Individualisasi
Azas pada individualisasi pada hakikatnya bukan bagian dari
azas kooperasi.Azas ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan sisawa baik
dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan kecepatan mereka dalam
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Disamping itu para siswa
juga berbeda dalam bentuk fisik dan mental sekalipun dapat banyak persamaan
dalam beberapa hal. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar hendaknya
guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi siswanya.
Sebaiknya diadakan pengelompokan siswa agar bahan yang
disajikan dapat disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing. Mungkin dapat
dikelompokkan menjadi tiga misalnya, kelompok A, kelompok B, kelompok C, sesuai
dengan tinggi rendahnya kemampuan dan tingkat intelegensi mereka, dengan maksut
akan dapat terjadi kombinasi pengajaran klasikal dan pengajaran individual.
Adapun
beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual,
dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengajaran individual, siswa diberi tugas
yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
b. Tugas tambahan, siswa yang pandai mendapat
tugas yang tambahan selain tugas yang bersifat umum, dengan demikian kondisi
kelas akan terpelihara dengan baik.
c. Pengajaran proyek, para siswa dapat
mengerjakan sesuatu yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka.
d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas
dapat di bagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan mereka
masing-masing.
Beberapa cara penggunaan
sumber lingkungan untuk kepentingan pelajaran, yaitu:
a. Membawa para siswa kedalam lingkungan luar
kelas/sekolah untuk keperluan pelajaran misalnya: karyawisata, servis proyek,
school camping, interviu, dan sebagainya.
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke
dalam kelas untuk kepentingan pelajaran, misalnya: resource person, benda-benda
dan sebagainya (S.Nasution,1982: 134).
8.
Evaluasi
Yang dimaksud dengan evaluasi disini
yaitu penilaian guru terhadap proses atau kegiatan belajar mengajar. Penilaian
tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang
ditatapkan dapat tercapai, disamping itu juga sangat berguna bagi guru maupun
siswa untuk mengetahui kemajuan hasil belajar-mengajar yang dilakukan.
Pelaksanaan evaluasi berkenaan pada dua
aspek, yaitu:
- Aspek guru, dan
- Aspek belajar siswa (IKIP Sby, 1983: 36)
Evaluasi terhadap
hasil belajar siswa dilakukan dengan menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
1)
Tes
atau ulangan dan ujian;
2)
Mengetahui
tujuan pengajaran yang telah dicapai;
3)
Mengetahui
kelemahan dan kekurangan siswa;
4)
Memberi
petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan yang hendak di capai;
5)
Memberi
dorongan kepada siswa untuk belajar dengan giat;
Evaluasi terhadap hasil
belajar dengan memperhatikan proses belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar
dengan motivasi siswa;
2) Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar
dengan kesanggupan berfikir, menarik suatu kesimpulan, rasa solidaritas sosial,
dan sebagainya.
Evaluasi terhadap kepribadian
siswa dapat dilakukan dengan;
1) Mengetahui bio-data atau keterangan
pribadi anak;
2) Situasi keluarga orang tua murid;
3) Sifat-sifat atau karakter anak;
4) Keistimewaan dan kekurangan yang mereka
miliki.
BAB III
PENUTUP
Kata Penutup
Dengan tersusunnya makalah ini
yang kami buat telah terlaksana, dan dalam hal ini kami merasa betapa
pentingnya pembuatan makalah ini semoga ada guna manfaatnya bagi kami sendiri
khususnya serta bagi pembaca umumnya.
Dalam hal ini apabila ada
keterangan dari kami yang kurang mengenai pada sasaran, kami mohon maaf
sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing kami Dra. Hj. Chumaidah M.pel I
maupun sahabat-sahabat semua.
Mudah-mudahan dengan
tersusunnya makalah ini dapat dijadikan suatu pendorong bagi kami untuk
memperluas pengetahuan dan tentunya akan sangat bahagia apabila kami menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun dari Ibu Dosen, agar kami lebih giat
belajar untuk hari kedepannyasehingga harapan kami untuk menjadi seorang yang
berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Sekian uraian dari kami
mengenai Didaktik dan Metodik,semoga kita dapat mengamalkan apa yang tertera
sesuai dengan pngertian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah.Didaktik Metodik.Jakarta:Bumi Aksara.1994
Ahmadi abu.Strategi Belajar Mengajar.Bandung:Pustaka Setia.2006
STIT-UW.Metodologi Pembelajaran PAI.Jombang:STIT-UW.2008
Daradjat, Zakiah.Metodik Khusus PAI.Jakarta:Rajawali.1981
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul....................................................................................................................i
Kata
Pengantar..................................................................................................................
ii
BAB I
Pendahuluan......................................................................................................................
1
BAB II
Isi ......................................................................................................................................2
A. Pengertian Didaktik dan Metodik
...............................................................................2
B. Ruang lingkup metodologi
PAI..................................................................................
4
C. Peranan Metodologi PAI
............................................................................................5
D. Hubungan Metodik dengan
Didaktik..........................................................................
6
E. Asas-asas pembelajaran ..............................................................................................7
1. Peragaan ..................................................................................................................7
2. Minat dan Perhatian ................................................................................................8
3. Motivasi ...................................................................................................................9
4. Apresepsi ...............................................................................................................10
5. Kolerasi dan Konsentrasi .......................................................................................10
6. Kooperasi...............................................................................................................
11
7. Individualisasi ........................................................................................................11
8. Evaluasi ..................................................................................................................12
BAB III
Penutup ............................................................................................................................14
Daftar Pustaka.................................................................................................................
15
No comments:
Post a Comment