Wednesday, July 2, 2014

Contoh Makalah Didaktik Dan Metodik





DIDAKTIK  DAN  METODIK

M A K A L A H









Oleh :
1.     Rif’atuz Zuhro
2.     Mimih Dati W. N
3.     Khalifatun Nisak

Dosen Pembimbing:
Dra. Hj. Chumaidah M.Pd.I




Fakultas Tarbiyah
STIT – UW JOMBANG
2012/ 2013



Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Alloh S.W.T. yang telah memberi Rahmat dan Hidayah serta TaufiqNya kepada kami sehingga kami dapat melakukan tugas membuat makalah ini serta menyusun menurut kamampuan kami, meskipun kami mengalami hambatan, tetapi tidak menjadikan kami suatu kendala dalam membuat makalah ini.
Dengan selesainya pembuatan makalah ini, kami merasa sangat berhutang budi atas bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dan kami mengucapkan terima kasih kepada :
1)      Ibu Dra. Hj. Chmaidah M.Pd.I selaku Dosen pembimbing kami
2)      Sahabat-sahabat yang telah membantu dan memberi informai yang kami butuhkan

Atas bantuan dan kemurahan hati ibu dosen maupun sahabat-sahabat kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan baik berupa material maupun spiritual.
Semoga Alloh SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamien…
Akhir dari harapan kami semoga makalah ini senantiasa bermanfaat bagi kita semua, dan kami mohon maaf apabila di dalam makalah ini ada kekurangan atau kesalahan meskipun kami usahakan semaksimal mungkin
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin…




Hormat kami
( Kelompok 1 )






BAB I
PENDAHULUAN

            Mengajar memerlukan suatu ilmu, oleh karena itu bagi seorang pendidik atau guru yang akan mendidik dan mengajar didepan kelas diperlukan ilmu tersebut yang dinamakan didaktik.



























BAB II
ISI

A.    Pengertian Didaktik Dan Metodik
Didaktik berasal dari kata yunani “didoskein” yang berarti pengajaran atau pembelajaran yaitu aktifitas yang menyebabkan timbulnya kegiatan dan kecakapan baru pada orang lain. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik mengandung pengertian yang sangat luas, pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern adalah aktivitas guru dalam organisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar  ( nasution:1935:5)
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru yang memegang peranan utama, sedangkan siswa hanya menerima atau bersifat pasif. Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat Teacher Centered. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya di ambil dari buku-buku pelajaran tetapi tidak dikaitkan dengan realita kehidupan siswa, pelajaran ini disebut intelektualitas.
Sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar adalah usaha penyampaian kepada anak didik. Tentu saja yang diinginkan adalah agar anak mengenal kebudayaan bangsa, suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi juga ikut memperkaya kebudayaan tersebut  dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang mengalami perubahan.
Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa, mengajar adalah menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik, termasuk didalam kondisi eksternal itu adalah komunikasi guru terhadap anak didik. Dengan demikian sesungguhnya kunci proses belajar mengajar
   itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif. Berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal balik personal anak dengan lingkungan.
Secara garis besar didaktik adalah ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip-prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran dapat dimiliki oleh siswa dan dalam hal ini ada interaksi antara guru dengan siswa dalam meyajikan materi pelajaran.
Dari pengertian-pengertian itulah dapat disimpulkan bahwa didaktik memiliki hubungan yang erat dengan sebagai berikut :
1)      Guru adalah sebagai sumbernya
2)      Murid adalah sebagai penerimanya
3)      Tujuan apa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut
4)      Dasar landasan dari pembelajaran
5)      Sarana atau alat berupa meja, kursi, dll
6)      Bahan atau materi apa yang akan disampaikan kepada anak didik
7)      Metode apa untuk menyampaikan materi
8)      Evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa
Diantara hal-hal tersebut sedikitnya ada 3 faktor yang menjadi fokus pembahasan dalam didaktik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh D.H Quenjoe dan A. Ghazali bahwa yang menjadi peranan utama pembahasan didaktik adalah :
a)      Tujuan pengajaran
b)      Bahan atau materi pengajaran
c)      Metode pengajar atau teknik yang dipakai untuk menyampaikan materi

Secara garis besar didaktik dibagi menjadi 2, yakni :
1.      Didaktik umum
2.      Didaktik khusus
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang bersifat umum dan berkenaan dengan penyajian bahan pelajar. Diantara prinsip-prinsip pengajaran tersebut : Minat, perhatian, motivasi, appersepsi, lingkungan, individualitas, aktivitas, peragaan, korelasi dan konsentrasi. Prinsip-prinsip pengajaran berlaku atau seyogianya dapat diterapkan dalam semua bidang study yang diajarkan.
Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan sesuatu mata pelajaran tertentu dimana prinsip-prinsip umum pengajaran juga diterapkan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Penerapan didaktik khusus sangat diperlukan dalam pengajaran, karena setiap bidang study yang diajarkan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, dan guru harus dapat memilih metode apa yang sesuai digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bidang study tertentu,hal ini tergantung pada ciri-ciri khas bidang study yang diajarkan disamping memperhatikan faktor-faktor lainnya.
Didaktik khusus juga disebut dengan metodik atau disebut juga metodologi pengajaran.metodik berasal dari bahasa yunani yaitu metodos yang berarti mengajar,menyelidiki,cara melakukan suatu prosedur.
Metodik dibagi menjadi 2:
1.      Metodik umum
2.      Metodik khusus(S.nasution,1982:5)
Metodik umum membicarakan tentang cara-cara mengajarkan suatu jenis pelajaran secara garis besarnya saja.dalam metodik umum tersebut juga dibicarakan beberapa aspek,antara lain:
1.      Rencana pelajaran
2.      Jalannya pelajaran
3.      Sikap dan gaya mengajar(style)
4.      Bentuk pengajaran dan metode-metode mengajar
5.      Alat dan media yang dipakai,dsb.
Metodik khusus membicarakan tentang pengetahuan yang membahas cara-cara mengajarkan suatu jenis materi pelajaran tertentu secara mendetail artinya diuraikan sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.

B.     Ruang lingkup metodologi pembelajaran agama islam(MPAI)
Istilah metodologi pengajaran sebenarnya sama dengan meto-dik,yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik penyajian bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah diterapkan secara efektif dan efisien.Bila mana dikaitkan dengan pengajaran agama islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah,maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam pemyampaian materi agama tersebut,dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah seharusnya diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan mengajarnya, hal tersebut tentunya berkaitan erat dengan metode khusus dan metode umum. Disamping memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran agama secara umum, juga faktor-faktor seperti : Tingkatan sekolah, karakteristik siswa, latar belakang sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan.
Pendidikan agama islam bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlaq yang terpuji untuk menjadi manusia yang bertaqwa kepada Alloh SWT. Pengertian pendidikan dalam bahasa arab berarti Ta’dib yang tekanannya tidak hanya pada unsur-unsur ilmu pengetahuan (’Alim) dan pengajaran (Ta’lim) belaka, tetapi lebih menitik beratnya pada pendidikan diri manusia seutuhnya (Tarbiyatun Nafs wal Akhlaq). Istilah ta’dib telah dipergunakan sejak zaman Rasululloh sampai zaman kejayaan islam hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia pada kurun itu disebut adab, baik yang lasngsung berhubungan dengan ajaran islam seperti :
1)      Pembelajaran keimanan
2)      Pembelajaran akhlaq
3)      Pembelajaran ibadah
4)      Pembelajaran fiqih
5)      Pembelajaran tafsir
6)      Pembelajaran hadits
7)      Pembelajaran tarikh islam
Jadi, metodologi pengajaran agama islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah diterapkan secara efektif dan efesien. Strategi atau pendekatan yang dipakai untuk menyeru orang lain agar ta’at dan patuh terhadap perintah Alloh yakni hikmah dan nasihat (mauidhoh) sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya melakukan diskusi secara tertib dan baik.

C.    Peranan metodologi pembelajaran agam islam
Tujuan peranan metodologi pembelajaran agama islam sebagai berikut :
a.       Agar mahasiswa dapat membekali diri dengan penguasaan ilmu tersebut dan dapat mengajarkan materi PAI yang menguasai tentang teknik-teknik penyampaian agama secara baik kepada anak didik sesuai dengan kemampuan anak didik.
b.      Memberikan latihan, bimbingan serta latihan dalam bentuk kepribadian.
Metode pembelajaran agama sangat bermanfaat karena :
1)      Membahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik dan pendekatan pengajaran yang digunakan. Dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah yang layak digunakan, mempertimbangkan keunggulan dan kelemahannya serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa dan ciri-ciri khas materi yang akan disajikan, sehingga kegiatan belajra mengajar dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan.
2)      Terlalu luasnya materi agama dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan bahan, sudah barang tentu memerukan pemikiran yang mendalam bagaimana usaha guru agama agar tujuan pengajaran dan pendidikan agama dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Disinilah fungsi metodologi pengajaran dapat memberi makna yang besar sekali terhadap guru yang telah mempelajarinya secara baik, terutama yang berkenaan dengan desain dan rancangan pengajaran.
3)      Sifat pengajaran agama lebih banyak menekankan pada segi tujuan afektif (sikap) dibanding tujuan kognitif, menjadikan peranan guru agama lebih bersifat mendidik daripada mengajar. Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap mahasiswa sebagai calon guru atau pendidik yang diharapkan.
v  Guru atau pendidik yang baik :
1)      Memahami dan menghormati murid.
2)      Menyesuaikan metode dengan materi pembelajaran
3)      Menyesuaikan materi pembelajaran dengan karakteristik individu
4)      Mengaktifkan anak dalam belajar
5)      Membentuk karakter anak
6)      Hubungan didaktik dan metodik dalam MPAI

D.    Hubungan metodologi pembelajaran (metodik) dengan didaktik.
Secara garis besar dikatakan bahwa didaktik membicarakan prinsip-prinsip umum ynag berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran, sedangkan metodologi  pengajaran (metodik) membicarakan tentang cara-cara mengerjakan bidang study tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut berlaku didalamnya.
Jadi, didaktik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar mengajar pada umumnya, sedangkan metodologi pembelajaran (metodik) bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Sehingga dikatakan antara didaktik dan metodik terdapat hubungan erat, terutama dalam kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Jika diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sedangkan metodik bergerak didalam penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh, jadi garis sentuh yang akan menggantikan antara didaktik dan metodik terletak pada titik persiapan pelajaran.
Menurut sejarahnya, johann amos comenius ( 1592 – 1670 ) adalah tokoh pertama yang memformulasikan ide didaktik itu, ia terkenal dengan bukunya yang bernama ” dialfica magna ” yang dalam penerbitanya yang pertama ( 1632 ) yang di tulis dalam bahasa ceko.
Dalam pasal 2 bab 17 dalam buku ” didagfica magna ” itu di sebutkannya bahwa pengajaran akan menjadi mudah, jika di ikuti langkah-langkah =
1.jika di mulai dari yang umum kepada yang kusus
2.jika di mulai dari yang mudah kepada yang sukar
3.jika pelajaran berangsur-angsur maju dengan perlahan-lahan dalam setiap hal
4.      jika kecerdasan tidak di paksa untuk suatu yang belum mengarah kepada kecenderungan jika dan harus sesuai dengan umur dan metode yang benar.
5.jika sesuatu yang di ajarkan dengan media pengertian.
6.jika penggunaan segala sesuatu pengajaran berkeseimbangan.
7.jika segala sesuatu di ajarkan dengan satu & metode yang sama.
Pengajaran yang diharapkan akan berjalan baik di mulai dari pemulihan metode mengajar dan kemudian atas dasar metode yang di pilih itu di persiapkan hidangan bahan pelajaran. Kegiatan seperti itulah yang di sebut metodik khusus.

E.     Azas-azas pembelajaran
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan derdahulu bahwa azas-azas pengajaran merupakan prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian diharapkan pengajaran yang diberikan dapat membawa hasil yang memuaskan, dan dapat dipertanggung jawabkan secara didaktik-paedagogis. Azas-azas pengajaran tersebut, ialah :
1.      Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Peragaan meliputi semua pekerjaan indra yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat.
Penerapan azas-azas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa aspek, yaitu :
a.       Penggunaan bermacam-macam alat peraga;
b.      Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan;
c.       Membuat poster-poster, ruang eksposisi, herbarium dan sebagainya;
d.      Menyelenggarakan karyawisata ( IKIP Sby, 1984:28 ).
Dasar psikologis azas peragaan tersebut yakni; sesuatu hal yang akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua peragaan :
1)      Peragaan langsung; dengan menunjukkan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa di amati oleh siswa;
2)      Peragaan tidak langsung; dengan menunjukkan benda tiruan atau suatu model.
Sebagai contoh: gambar-gambar,boneka, foto,film,dan sebagainya.

2.  Minat dan Perhatian
      Minat dan perhatian merupakan suatu gajala jiwa yang selalu bertalian. Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang kadang kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Sebaliknya tidak semua siswa mempunyai perhatian yang sama terhadap pelajaran yang disajikan oleh seorang guru. Oleh karena itu diperlukan kecakapan guru untuk dapat membangkitkan perhatian anak didik.
Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja, guru harus :
a.       Dapat menjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa;
b.      Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui oleh siswa dengan materi yang akan disajikan;
c.       Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat;
d.      Berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana.

Perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara :
a.       Mengajar dengan persiapan yang baik;
b.      Menggunakan alat peraga sebagai media;
c.       Sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu;
d.      Mengadakan selingan yang sehat;


3.  Motivasi
            Dorongan yang timbul dalam diri seseorang disebut motivasi, dimana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinakan motivasi intrinsik.sedang dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.
            Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi sebagai berikut :
a.       Memberi Angka; banyak anak belajar semata-mata untuk mencapai atau mendapatkan angka yang baik, dengan berusaha belajar segiat-giatnya. Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan belajar.
b.      Hadia; hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Hadiah bagi pelajar dapat merusak jiwa mereka bila mana hadiah yang diinginkan tersebut dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang sebenarnya.
c.       Persaingan; faktor persaingan ini sering digunakan sebagai alat untuk mencpai prestasi yang lebih tinggi di lapangan industri dan perdagangan dan juga di sekolah.persaingan dapat mempertinggi hasil belajar anak bila mana dilakukan secara posotif.
d.      Tugas; tugas yang menantang (challeging); memberi kesempatan terhadap anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan berarti mereka harus diberi tugas-tugas yang lebih sulit yang diberikan kepada mereka merupakan tantangan dan merangsang mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
e.   Pujian; pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau pelajar anak dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan motivasi yang baik bila diberikan secara benar dan beralasan.
f.    Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara psikolohgis dapat merusak jiwa anak antara lain; anak menjadi prustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam terhadap guru.
g.   Hukum; Sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah mereka lupakan.

4.  Apersepsi
            Ahli psikologi mendifisikan apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada saat tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran kepada muridnya terlebih dahulu mengetahui pelajaran dimulai akan terjadi keterkaitan anara bahan pelajar yang lama dengan yang baru. Oleh karena itu pengajaran harus maju secara bertahap agar penguasaan bahan yang lewat dapat dijadikan sebagai persiapan siswa dalam menghadapi pelajaran yang baru.
a.       Sebelum pelajaran yang baru di mulai; guru mencari titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;
b.      Dalam menjelaskan pelajaran, dapat digunakan teknik induktif, yakni dari contoh-contoh menuju hukum-hukum, dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang bersifat umum, dan dari hal-hal yang konkrit kepada hal-hal yang bersifat abstrak (IKIP Sby,1984:27).

5.  Korelasi dan Konsentrasi
            Yang dimaksut dengan korelasi disini adalah hubungan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah kematangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan azas korelasi maka pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat menimbulkan konsentrasi siswa sehingga membangkitkan minat perhatian mereka dalam belajar. Seorang guru hendaknya juga dapat menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan realita sehari-hari atau dapat menggunakan metode unit agar anak betul-betul mengikuti dengan seksama terhadap pelajaran yang diberikan.
      Ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya, yakni:
      Tahap inisiasi; guru berusaha merangsang siswa melalui alat peraga yang dipakai    untuk menarik perhatian siswa terhadap hal-hal yang dijelaskan.
      Tahap pengembangan; pada tahap ini kelompok-kelompok siswa tersebut diterjunkan kelapangan / masyarakat untuk mencari sumber atau data untuk dijadikan materi diskusi dalam kelompok.
      Tahap kulminasi; sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau diskusi panel. Dan diharapkan para peserta diskusi dapat memberikan tanggapannya.

6.  Kooperasi
Yang dimaksut kooperasi disini adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok). Azas kooperasi ini sangat di utamakan dalam proses belajar-mengajar, seperti: belajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok, karyawisata, dan sebagainya. Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang satu dengan lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.
            Belajar kelompok (kooperatif) dapat memberikan keuntungan-keuntungan terhadap siswa, antara lain:
a.       Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar secara individu.
b.      Pendapatan yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibanding pendapatan perorangan.
c.       Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki (sence of belonging), dan menghilangkan egoisme.
Ada beberapa jenis kerja yang menyediakan berbagai situasi dimana anak-anak dapat berpartisipasi dan bekerja sama. William burton membagi kelompok kerja tersebut antara lain :
a.       Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem/proyek dengan urutan kerja, menganalisis masalah, pembagian tugas, melakukan kegiatan kelompok, penyelidikan, dan kesimpulan.
b.      Diskusi kelompok, diskusi disini tidak sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan pemecahan masalah dan dapat menimbulkan berbagai pendapat (Burton dalam S.Nasution, 1982:53)

7.  Individualisasi
      Azas pada individualisasi pada hakikatnya bukan bagian dari azas kooperasi.Azas ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan sisawa baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Disamping itu para siswa juga berbeda dalam bentuk fisik dan mental sekalipun dapat banyak persamaan dalam beberapa hal. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi siswanya.
      Sebaiknya diadakan pengelompokan siswa agar bahan yang disajikan dapat disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing. Mungkin dapat dikelompokkan menjadi tiga misalnya, kelompok A, kelompok B, kelompok C, sesuai dengan tinggi rendahnya kemampuan dan tingkat intelegensi mereka, dengan maksut akan dapat terjadi kombinasi pengajaran klasikal dan pengajaran individual.
      Adapun beberapa teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.       Pengajaran individual, siswa diberi tugas yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
b.      Tugas tambahan, siswa yang pandai mendapat tugas yang tambahan selain tugas yang bersifat umum, dengan demikian kondisi kelas akan terpelihara dengan baik.
c.       Pengajaran proyek, para siswa dapat mengerjakan sesuatu yang disesuaikan dengan minat dan bakat mereka.
d.      Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dapat di bagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing.
Beberapa cara penggunaan sumber lingkungan untuk kepentingan pelajaran, yaitu:
a.       Membawa para siswa kedalam lingkungan luar kelas/sekolah untuk keperluan pelajaran misalnya: karyawisata, servis proyek, school camping, interviu, dan sebagainya.
b.      Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran, misalnya: resource person, benda-benda dan sebagainya (S.Nasution,1982: 134).

8.  Evaluasi
            Yang dimaksud dengan evaluasi disini yaitu penilaian guru terhadap proses atau kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang ditatapkan dapat tercapai, disamping itu juga sangat berguna bagi guru maupun siswa untuk mengetahui kemajuan hasil belajar-mengajar yang dilakukan.


      Pelaksanaan evaluasi berkenaan pada dua aspek, yaitu:
  1. Aspek guru, dan
  2. Aspek belajar siswa (IKIP Sby, 1983: 36)
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
1)                              Tes atau ulangan dan ujian;
2)                              Mengetahui tujuan pengajaran yang telah dicapai;
3)                              Mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa;
4)                              Memberi petunjuk yang lebih jelas tentang tujuan yang hendak di capai;
5)                              Memberi dorongan kepada siswa untuk belajar dengan giat;
Evaluasi terhadap hasil belajar dengan memperhatikan proses belajar dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar dengan motivasi siswa;
2)      Mengevaluasi hubungan antara hasil belajar dengan kesanggupan berfikir, menarik suatu kesimpulan, rasa solidaritas sosial, dan sebagainya.
Evaluasi terhadap kepribadian siswa dapat dilakukan dengan;
1)      Mengetahui bio-data atau keterangan pribadi anak;
2)      Situasi keluarga orang tua murid;
3)      Sifat-sifat atau karakter anak;
4)      Keistimewaan dan kekurangan yang mereka miliki.





















BAB III
PENUTUP

Kata Penutup
Dengan tersusunnya makalah ini yang kami buat telah terlaksana, dan dalam hal ini kami merasa betapa pentingnya pembuatan makalah ini semoga ada guna manfaatnya bagi kami sendiri khususnya serta bagi pembaca umumnya.
Dalam hal ini apabila ada keterangan dari kami yang kurang mengenai pada sasaran, kami mohon maaf sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing kami Dra. Hj. Chumaidah M.pel I maupun sahabat-sahabat semua.
Mudah-mudahan dengan tersusunnya makalah ini dapat dijadikan suatu pendorong bagi kami untuk memperluas pengetahuan dan tentunya akan sangat bahagia apabila kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari Ibu Dosen, agar kami lebih giat belajar untuk hari kedepannyasehingga harapan kami untuk menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Sekian uraian dari kami mengenai Didaktik dan Metodik,semoga kita dapat mengamalkan apa yang tertera sesuai dengan pngertian tersebut.

 














DAFTAR PUSTAKA

Roestiyah.Didaktik Metodik.Jakarta:Bumi Aksara.1994
Ahmadi abu.Strategi Belajar Mengajar.Bandung:Pustaka Setia.2006
STIT-UW.Metodologi Pembelajaran PAI.Jombang:STIT-UW.2008
Daradjat, Zakiah.Metodik Khusus PAI.Jakarta:Rajawali.1981




























DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
BAB I
Pendahuluan...................................................................................................................... 1
BAB II
Isi ......................................................................................................................................2
A.    Pengertian Didaktik dan Metodik ...............................................................................2
B.     Ruang lingkup metodologi PAI.................................................................................. 4
C.     Peranan Metodologi PAI ............................................................................................5
D.    Hubungan Metodik dengan Didaktik.......................................................................... 6
E.     Asas-asas pembelajaran ..............................................................................................7
1. Peragaan ..................................................................................................................7
2. Minat dan Perhatian ................................................................................................8
3. Motivasi ...................................................................................................................9
4. Apresepsi ...............................................................................................................10
5. Kolerasi dan Konsentrasi .......................................................................................10
6. Kooperasi............................................................................................................... 11
7. Individualisasi ........................................................................................................11
8. Evaluasi ..................................................................................................................12
BAB III
Penutup ............................................................................................................................14
Daftar Pustaka................................................................................................................. 15


No comments:

Post a Comment